Doa Bagi Orang Yang Mengenakan Pakaian Baru


تُبْلِي وَيُخْلِفُ اللهُ تَعَالَى.

Kenakanlah sampai lusuh, semoga Allah Ta’ala memberikan gantinya ke-padamu.

اِلْبِسْ جَدِيْدًا، وَعِشْ حَمِيْدًا، وَمُتْ شَهِيْدًا.

Berpakaianlah yang baru, hiduplah yang terpuji dan matilah dalam keadaan syahid.

Kitab Hisnul Muslim

Doa Ketika Mengenakan Pakaian Baru

اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ كَسَوْتَنِيْهِ، أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهِ وَخَيْرِ مَا صُنِعَ لَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا صُنِعَ لَهُ.

Ya Allah, hanya milik-Mu segala puji, Engkaulah yang memberi pakaian ini kepadaku. Aku mohon kepada-Mu kebaikannya dan manfaat pakaian ini dibuat. Aku berlindung kepada-Mu dari dampak buruknya dan kejahatan yang disebabkan pakaian ini.

Kitab Hisnul Muslim

Pasal Makna Surat - Terjemah Tafsir Ibnu Katsir 3

Makna lafaz "surat" masih diperselisihkan, dari kata apakah ia berakar. Suatu pendapat mengatakan bahwa "surat" berasal dari penjelasan (bayan) dan kedudukan yang tinggi, seperti pengertian yang terkandung di dalam perkataan penyair An-Nabigah berikut ini:

أَلَمْ تَرَ أنَّ اللَّهَ أعطاكَ سورَةً ... تَرَى كُلَّ مَلْكٍ دُونها يَتَذَبْذَبُ

Tidakkah kamu melihat bahwa Allah telah memberimu penjelasan/kedudukan yang tinggi

kamu melihat semua raja merasa bingung menghadapinya.

Seakan-akan melalui "surat" tersebut si pembaca berpindah dari suatu kedudukan ke kedudukan yang lain.

Menurut suatu pendapat, dikatakan "surat" karena kehormatan dan ketinggiannya sama seperti tembok-tembok pembatas negeri. Menurut pendapat yang lain, dinamakan "surat" karena merupakan sepotong dari Al-Qur'an dan bagian darinya, diambil dari kata asarul ina (أَسْآرِ الْإِنَاءِ) yang artinya "sisa air minum yang ada pada wadahnya". Dengan demikian, berarti bentuk asalnya adalah memakai hamzah (yakni "surun"); dan sesungguhnya hamzah di-takhfif-kan, lalu diganti dengan wawu, mengingat harakat dammah sebelumnya (hingga jadilah "surun", selanjutnya menjadi "surat"). Menurut pendapat yang lainnya lagi, dikatakan demikian karena kelengkapan dan kesempurnaannya; orang-orang Arab menyebut unta betina yang sempurna dengan sebutan "surat".

Menurut kami, dapat pula dikatakan bahwa "surat" berasal dari pengertian "menghimpun dan meliputi ayat-ayat yang terkandung di dalamnya"; sebagaimana tembok pembatas sebuah negeri (kota), dinamakan "surat" karena tembok tersebut meliputi semua perumahan dan kemah yang terhimpun di dalamnya. Bentuk jamak dari "surat" ialah suwarin (سور) dengan huruf wawu yang di-fathah-kan, tetapi adakalanya dijamakkan dalam bentuk surat (سُورَاتٍ) dan saurat (سَوْرَاتٍ).

Sedangkan pengertian "ayat" merupakan pertanda terputusnya suatu pembicaraan dari ayat sebelum dan sesudahnya, serta terpisah darinya. Dengan kata lain, suatu ayat terpisah dari ayat lainnya dan berdiri sendiri. Allah Swt. telah berfirman:

إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ

Sesungguhnya tanda ia akan jadi raja. (Al-Baqarah: 248)

Nabigah, salah seorang penyair, mengatakan:

تَوَهَّمْتُ آيَاتٍ لَهَا فَعَرَفْتُهَا ... لِسِتَّةِ أَعْوَامٍ وَذَا الْعَامُ سَابِعُ

Aku mengira-ngira tanda-tanda yang dimilikinya, akhirnya aku dapat mengenalnya setelah berlalu enam tahun dan sekarang tahun ketujuhnya.

Menurut pendapat lain, ayat adalah sekumpulan huruf dari Al-Qur'an atau sekelompok darinya, sebagaimana dikatakan kharajal qaumu biayatihim (خَرَجَ الْقَوْمُ بآياتهم), yakni "kaum itu berangkat bersama golongannya". Salah seorang penyair mengatakan:

خَرَجْنَا مِنَ النَّقْبَيْنِ لَا حَيَّ مِثْلُنَا ... بِآيَتِنَا نُزْجِي اللِّقَاحَ الْمَطَافِلَا

Kami berangkat dari Niqbain, tiada suatu kabilah pun semisal dengan kabilah kami bersama semua golongannya, kami menggiring ternak unta.

Pendapat yang lain mengatakan, dinamakan "ayat" karena merupakan suatu keajaiban yang tidak mampu dilakukan oleh manusia untuk membuat hal semisalnya. Imam Sibawaih mengatakan bahwa bentuk asal ayat ialah ayayatun (أَيَيَةٌ), sama wazannya dengan akamatin (أَكَمَةٍ) dan syajaratin (شَجَرَةٍ) ; huruf ya berharakat, sedangkan harakat sebelumnya adalah fathah, maka diganti menjadi alif hingga jadilah ayatiin dengan memakai hamzah yang dipanjangkan bunyinya.

Imam Kisai mengatakan, bentuk asalnya adalah ayiyatun dengan wazan seperti lafaz aminatun, lalu huruf ya diganti menjadi alif, selanjutnya dibuang karena iltibas (serupa dengan hamzah). Imam Farra mengatakan, asalnya ialah ayyatiin, kemudian ya pertama diganti menjadi alif 'karena tasydid tidak disukai, hingga jadilah ayah (ayat); bentuk jamaknya ialah ayin, ayatiin, dan ayayiin.

"Kalimat" artinya "suatu lafaz yang menyendiri", adakalanya terdiri atas dua huruf, misalnya ma dan la atau lain-lainnya yang sejenis; adakalanya lebih banyak, yang paling banyak terdiri atas sepuluh huruf, seperti firman Allah Swt:

{لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ}

Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa. (An-Nur: 55)

{أَنُلْزِمُكُمُوهَا}

Apa akan kami paksakan kalian menerimanya? (Hud: 28)

{فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ}

lalu Kami beri minum kalian dengan air itu. (Al-Hijr: 22)

Adakalanya suatu ayat hanya terdiri atas satu kalimat, misalnya- wal fajri, wad duha, wal 'asri; demikian pula alif lam mim, taha, yasin, ha mim, menurut pendapat ulama Kufah. Ha mim 'ain sin qaf menurut ulama Kufah adalah dua kalimat, sedangkan menurut selain mereka hal-hal tersebut bukan dinamakan ayat, melainkan dianggap sebagai fawatihus suwar (pembuka surat-surat).

Abu Amr Ad-Dani mengatakan.”Aku belum pernah mengetahui suatu kalimat yang menyendiri dianggap sebagai suatu ayat selain firman-Nya dalam surat Ar-Rahman," yaitu:

{مُدْهَامَّتَانِ}

kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. (Ar-Rahman: 64)

Imam Qurtubi mengatakan, para ahli tafsir sepakat bahwa tiada suatu lafaz pun di dalam Al-Qur'an yang berasal dari bahasa Ajam. Mereka sepakat pula bahwa di dalam Al-Qur'an terdapat beberapa nama Ajam, misalnya Ibrahim, Nuh, dan Lut.

Tetapi mereka berselisih pendapat, apakah di dalam Al-Qur'an terdapat sesuatu dari bahasa Ajam selain hal tersebut? Al-Baqilani dan At-Tabari mengingkarinya. dan mereka mengatakan bahwa sesuatu yang terdapat di dalam Al-Qur'an lagi bersesuaian dengan bahasa Ajam, maka hal tersebut termasuk persamaan yang kebetulan.

آخر المقدمة

Pengantar Sebelum Tafsir Surat Al-Fatihah - Terjemah Tafsir Ibnu Katsir 2

Abu Bakar ibnul Anbari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ishaq Al-Qadi, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Minhal, telah menceritakan kepada kami Hammam, dari Qatadah yang pernah mengatakan bahwa surat-surat yang diturunkan di Madinah ialah Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-Maidah, Baraah (At-Taubah), Ar-Ra'd, An-Nahl, Al-Hajj, An-Nur, Al-Ahzab, Muhammad, Al-Fath, Al-Hujurat, Ar-Rahman, Al-Hadid, Al-Mujadilah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Ash-Shaff, Al-Jumu'ah, Al-Munafiqun, At-Tagabun, dan At-Talaq serta ayat: Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya (At-Tahrim: 1), sampai dengan permulaan ayat yang kesepuluh, juga surat Az-Zalza-lah dan An-Nasr. Semua surat yang disebut di atas diturunkan di Madinah, sedangkan surat-surat lainnya diturunkan di Mekah.

Ayat Al-Qur'an seluruhnya berjumlah enam ribu ayat, kemudian selebihnya masih diperselisihkan oleh beberapa ulama. Di antara mereka ada yang mengatakan tidak lebih dari 6.000 ayat, ada pula yang mengatakan lebih dari 204 ayat. Menurut pendapat yang lain lebih dari 214 ayat, pendapat yang lainnya lagi mengatakan lebih dari 219 ayat. Pendapat lain mengatakan lebih dari 225 atau 226 ayat. Ada pula yang mengatakan lebih dari 236 ayat. Semuanya itu diketengahkan oleh Abu Amr Ad-Dani di dalam kitab Al-Bayan.

Jumlah kalimat Al-Qur'an menurut Al-Fadl ibnu Syazan, dari Ata ibnu Yasar, adalah 77.439 kalimat.

Jumlah semua huruf dalam Al-Qur'an menurut Abdullah ibnu Kasir, dari Mujahid, adalah 321.180 huruf. Sedangkan menurut Al-Fadl ibnu Ata ibnu Yasar adalah 323.015 huruf.

Salam Abu Muhammad Al-Hammani mengatakan bahwa Al-Hajjaj pernah mengumpulkan semua ahli qurra, para huffaz, dan penulis khat Al-Qur'an. lalu ia bertanya, "Ceritakanlah kepadaku tentang seluruh Al-Qur'an, berapakah jumlah hurufnya?" Al-Hammani melanjutkan kisahnya, "Lalu kami menghitungnya, dan akhirnya mereka sepakat bahwa di dalam Al-Qur'an terdapat 340.740 huruf." Kemudian Al-Hajjah bertanya, "Ceritakanlah kepadaku tentang pertengahan Al-Qur'an!" Setelah kami hitung, ternyata pertengahan Al-Qur'an jatuh pada huruf fa dari firman-Nya dalam surat Al-Kahfi, yaitu:

وَلْيَتَلَطَّفْ

Dan hendaklah dia berlaku lemah lembut.... (Al-Kahfi: 19)

Sepertiga yang pertama dari Al-Qur'an jatuh pada permulaan ayat yang keseratus dari surat Al-Bara-ah (At-Taubah). sepertiga yang kedua jatuh pada permulaan ayat yang keseratus atau keseratus satu dari surat Asy-Syu'ara, sedangkan sepertiga yarg terakhir hingga sampai pada akhir dari Al-Qur'an (mushaf).

Sepertujuh yang pertama dari Al-Qur'an jatuh pada huruf dal dari firman-Nya:

فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ صَدَّ

Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu) ada orang-orang yang beriman kepadanya. dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) dari beriman kepadanya. (An-Nisa: 55)

Sepertujuh yang kedua jatuh pada huruf ta dari firman-Nya dalam su-rat Al-A'raf, yaitu:

حَبِطَتْ

Sia-sialah amal perbuatan mereka. (Al-A'raf: 147)

Sepertujuh yang ketiga jatuh pada huruf alif yang kedua dari firman-Nya dalam surat Ar-Ra'd, yaitu:

أُكُلُها

Buah-buahannya tiada henti-hentinya. (Ar-Ra'd: 35)

Sepertujuh yang keempat jatuh sampai huruf alif dari firman-Nya dalam surat Al-Hajj', yaitu:

جَعَلْنا مَنْسَكاً

Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan(kurban). (Al-Hajj: 34)

Sepertujuh yang kelima jatuh pada huruf ha dari firman-Nya dalam surat Al-Ahzab, yaitu:

وَما كانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin. (Al-Ahzab: 36)

Sepertujuh yang keenam sampai pada huruf wawu dari firman-Nya dalam surat Al-Fath, yaitu:

الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ

yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. (Al-Fath: 6)

Sedangkan sepertujuh yang terakhir ialah sampai akhir dari Al-Qur'an.

Salam Abu Muhammad mengatakan. kami mempelajari semua itu dalam waktu empat bulan. Mereka mengatakan bahwa Al-Hajjaj setiap malamnya selalu membaca seperempat Al-Qur'an. Seperempat yang pertama sampai pada akhir surat Al-An'am, seperempat yang kedua sampai pada walyatalattaf 'dari surat Al-Kahfi, seperempat yang ketiga sampai pada akhir surat Az-Zumar, sedangkan seperempat yang terakhir sampai akhir Al-Qur'an. Akan tetapi, Syekh Abu Amr Ad-Dani di dalam kitab Al-Bayan meriwayatkan hal yang berbeda dengan semuanya itu.

Dengan adanya pembagian Al-Qur'an ke dalam istilah "hizb" dan "juz", maka dikenallah pembagian Al-Qur'an ke dalam tiga puluh juz, sebagaimana telah terkenal pula istilah "perempatan" di kalangan madrasah-madrasah dan lain-lainnya. Kami mengetengahkan dalam pembahasan yang lalu bahwa para sahabat pun telah melakukan pembagian ini terhadap Al-Qur'an. Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad dan Sunan Abu Daud serta Ibnu Majah dan lain-lainnya disebutkan sebuah hadis dari Aus ibnu Huzaifah. bahwa ia pernah bertanya kepada sahabat-sahabat Rasul semasa Rasul Saw. masih hidup, "Bagaimanakah kalian membagi-bagi Al-Qur'an?" Mereka menjawab, "Sepertiga, seperlima, sepertujuh, sepersembilan, sepersebelas, dan sepertiga belas serta pembagian mufassal hingga khatam."

Doa Ketika Mengenakan Pakaian

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَسَانِيْ هَذَا (الثَّوْبَ) وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ.

Segala puji bagi Allah, Yang memberi pakaian ini kepadaku dan memberikan rezeki berupa pakaian ini tanpa daya dan kekuatan dariku.

Kitab Hisnul Muslim

Doa Ketika Bangun Dari Tidur

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ

Segala puji bagi Allah, Yang menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami dan kepadaNya kami dibangitkan


((لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ)) ((رَبِّ اغْفِرْ لِيْ))

Tiada Tuhan yang haq untuk disembah selain Allah, semata-mata Dia, tiada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya kerajaan dan pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan yang haq untuk disembah selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah, Yang Maha Tinggi dan Maha Agung’. ‘Wahai, Tuhanku! Ampunilah dosaku


((اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ فِيْ جَسَدِيْ، وَرَدَّ عَلَيَّ رُوْحِيْ، وَأَذِنَ لِيْ بِذِكْرِهِ))

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan pada jasadku dan mengembalikan ruhku kepadaku, serta mengizinkanku untuk berdzikir kepadaNya.


إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191) رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (192) رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ (193) رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ (194) فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ (195) لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلَادِ (196) مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ (197) لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِلْأَبْرَارِ (198) وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ لَا يَشْتَرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (199) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (200)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk atau berbaring, dan mereka memikirkan tentang pencip-taan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya, Tuhan kami! Tidaklah Engkau men-ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa Neraka. Ya Rabb kami, sesung-guhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim seorang penolongpun. Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar (seru-an) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Rabbmu"; maka kamipun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. Ya Rabb kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji". Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (de-ngan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam Surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisiNya pahala yang baik". Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir ber-gerak di dalam negeri. Itu hanyalah ke-senangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Rabbnya, bagi mereka Surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka ke-kal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti. Dan Sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh paha-la di sisi Rabbnya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetap-lah bersiap siaga (di perbatasan negeri-mu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (Ali ‘Imran, 3: 190-200).

Kitab Hisnul Muslim

Al-Fatihah

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

1. Bismillahir-rohmaanir-rohiim

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

2. Alhamdu lillaahi robbil-'aalamiin

"Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam."

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

3. Arrohmaanir-rohiim

"Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ

4. Maaliki yaumid-diin

"Pemilik hari pembalasan."

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ

5. Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin

"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan."

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ

6. Ihdinash-shiroothol-mustaqiim

"Tunjukilah kami jalan yang lurus,"

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّآلِّيْنَ

7. Shiroothol-ladziina an'amta 'alaihim, ghoiril-maghdhuubi 'alaihim waladh-dhoolliin

"(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."